Peranan Bahasa Daerah Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

Putri Jayantia. I/15212767

3EA19

Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki ibu yang berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam dan keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata misalnya “mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e dibaca lemah) dan di lingkungannya kata “mengapa” diucapkan ngapo. Ketika sang anak mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan mengucapkan “mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi sang anak untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan.

Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah. Masyarakat yang merantau ke ibukota Jakarta mungkin lebih senang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah dengan orang berasal dari daerah yang sama, salah satunya dikarenakan agar menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab. Beberapa kata dari bahasa daerah juga diserap menjadi Bahasa Indonesia yang baku, antara lain kata nyeri (Sunda) dan kiat (Minangkabau).

Pengaruh atau dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia:

  • Dampak Positif:
  1. Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.
  2. Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.
  3. Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku dan daerah.
  4. Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.
  • Dampak Negatif:
  1. Bahasa daerah yang satu sulit dipahami oleh daerah lain.
  2. Warga negara asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi kesulitan karena terlalu banyak kosakata.
  3. Masyarakat menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah.
  4. Dapat menimbulkan kesalahpahaman.

                Pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga terdapat beberapa kata yang sama dalam tulisan dan pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda, berikut beberapa contohnya:

  1. Suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada. Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.
  2. Kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir). Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.
  3. Abang dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak. Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.
  4. Mangga dalam bahasa Indonesia bermakna buah mangga. Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.
  5. Maen dalam bahasa Indonesia bermakna bermain. Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.

Dari contoh diatas ada banyak bahasa daerah yang memiliki tafsiran berbeda dengan bahasa lain. Sebaiknya bahasa daerah tidak digunakan dalam acara formal, karena akan memiliki tafsiran yang berbeda. Maka lebih baik menggunakan bahasa daerah haruslah pada waktu, tempat, dan kondisi yang tepat.

Referensi :

http://software-comput.blogspot.com/2013/04/pengaruh-penggunaan-bahasa-daerah.html

http://ferinaanieta.blogspot.com/2012/06/pengaruh-bahasa-daerah-terhadap-bahasa_04.html